Saturday, January 14, 2012
Perpustakaan
Dari kecil gw demen baca, cuman gga sekutubuku si Jake. Jake nih kemana2 bawa buku, berhubung dia udah baca lebih dari sejuta kata dan lulus test (di sekolah dia ada program membaca, untuk mengetahui bener apa gga si anak baca, mereka kudu jalanin test, kalau lulus, mereka dapet t-shirt khusus, photo mereka dipajang di hallway sekolah, tiap Jumat mereka boleh pakai t-shirt tsb dan celana jeans instead of seragam, dan boleh pinjam Nook selama tiga minggu). Beruntung sekali kita tinggal di negara yg memiliki fasilitas perpustakaan yg bagus. Meskipun terus-terang gga semua buku di perpustakaan umum itu bagus kualitas bacaannya, gw bilang sih terlalu Liberal. Jamannya SD dan SMA berhubung gw sekolah di sekolahan swasta katolik, jadi perpustakaan sekolah oke banget. Jamannya SD gw demen banget baca buku mengenai anak2 di negara lain dan buku2 mengenai penemu2 ilmiah seperti Madame Curie, Edison, etc. Tentunya gw demen baca buku2 karangan Enid Blyton, Laura Ingals, Alfred Hitchock, serian Nancy Drew, Hardy Boys, komik Tintin, Tanguy and Laverdure, Asterix dsbnya. Sebagian buku2 tsb gw pinjam di perpus sekolah atau gereja, dan sebagian beli di Gramedia. Selama liburan sekolah, sering banget gw dan cousin gw didrop di Gramedia, empat jam kemudian dijemput. Jamannya SMP gw sering banget pinjam comic2 Peanuts, komik tsb berbahasa Inggris, pemberian salahsatu yayasan Katolik di Belanda. Jamannya Univ, gw masuk salahsatu Univ negeri yg bergengsi tapi terus terang mutu buku2 di perpustakaannya gga terlalu bagus. Kayaknya sebagian besar isi perpus tsb adalah skripsi2 almamater. Beruntung sekali gw bisa melanjutkan studi di Amerika. Gw banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Either baca mejalah, pinjam buku, buat research, dan belajar. Suatu hari gw ketemu pelajar Indo baru. Kenapa tau kalau dia anak baru? Dari tingkahlakunya. Dia baru masuk program bahasa Inggris, and perlu membuat essay. So, dia cari2 buku untuk referensi. Perpustakaan kampus kalau gga salah ada enam tingkat. Masing2 tingkat memiliki banyak sekali rak otomatis. Tiap rak ada handle yg bisa kita crank, spy raknya bergeser either ke kanan atau ke kiri sehingga kita bisa meraih buku yg kita perlukan. Tentu sebelumnya kita perlu mengetahui the exact location for the book we are looking for. Neh cowo langsung ke rak and bacain judul2 semua buku satu-persatu. Ya amplop, sebulanpun belum tentu bukunya ketemu. Jamannya anak2 masih balita, gw sering bawa mereka mengikuti program2 di perustakaan. Biasanya program mendengar cerita dilanjut dengan menyanyi dan menari. Yg gw gga suka dengan perpustakaan umum disini adalah internet. Kayaknya 99 persen orang yg pada nangkring di depan komputer tuh hy pada browsing2 sites yg gga keruan. Paling serem ke perpustakaan umum di downtown, krn banyak homeless people pada nangkring either browsing internet atau baca2 majalah. Makanya gw gga pernah tuh pinjem majalah di perpustakaan di downtown. Gw sih seringnya ke perpus yg deket2 perumahan kita. Enaknya perpus sini, sistemnya mayan flexible. Misalkan kita pinjam buku di perpus A, kita bisa kembalikan buku tsb di any perpus. Kalau kita cari buku ttt dan perpus yg kita kunjungi gga punya buku tsb atau bukunya lagi dipinjam orang, kita bisa request so; perpustakaan tsb akan pinjam buku yg kita perlukan dari perpus lain. Udah sekian lama gw gga ke Indo, mungkin perpustakaan disana udah bnayak mengalami kemajuan dibanding jaman baheula ketika gw masih kuliah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kebayang perpustakaan yg rak bukunya berwarna coklat gelap dan tinggi menjulang kaya di film2 hehe
ReplyDeletemembaca emang seru kok, dulu waktu kantor bos gue masih di rumahnya, klo lg gak ada kerjaan gue bacain buku2 yg ada di ruang kerjanya :)